Daftar Isi
Agama Jawa Kuno Kapitayan: Agama Tauhid Mirip Islam – Agama Jawa kuno, yang dianut sejak zaman prasejarah hingga abad ke-15, merupakan perpaduan animisme, dinamisme, dan kepercayaan pada leluhur. Meskipun agama ini digantikan oleh Islam pada abad ke-15, unsur-unsur Agama Jawa kuno masih terasa dalam budaya dan tradisi Jawa. Salah satu bentuknya adalah agama Kapitayan.
NB : Postingan ini sudah di update menjadi postingan video. Anda bisa “BERALIH KE VERSI VIDEO” atau tetap di sini untuk melanjutkan membaca
Apa itu Kapitayan?
Kapitayan, secara etimologis, berasal dari bahasa Jawa kuno yang memiliki kata dasar “Taya,” artinya tak terlihat atau mutlak. Kapitayan mengajarkan penghormatan kepada entitas tak terlihat yang disebut Sang Hyang Taya, lebih mirip konsep tauhid dalam Islam daripada animisme-dinamisme.
Ritual dan Keyakinan Kapitayan
Meskipun pada awalnya Kapitayan tidak menyembah benda-benda sebagai kekuatan mutlak, ritualnya melibatkan pemujaan terhadap benda-benda seperti pohon, batu, dan mata air. Ini dianggap perwujudan kekuatan Maha Tinggi. Kapitayan juga mengenal keyakinan bahwa kekuatan gaib Sang Hyang Taya tersembunyi dalam segala sesuatu yang memiliki nama “tu” atau “tuah.”
Pemimpin dalam Kapitayan
Pemimpin dalam Kapitayan, disebut Ratu atau Datu, harus memiliki Tuah (kekuatan positif) dan Tulah (kekuatan negatif). Gelar ini tidak diwariskan secara otomatis; seseorang harus membuktikan kemampuannya dalam memimpin dan memperlihatkan keunggulan Tuah dan Tulah.
Adopsi oleh Wali Songo
Konsep tauhid dalam Kapitayan mirip dengan konsep tauhid dalam Islam. Istilah dan praktik Kapitayan seperti “sembahyang” (sembah Sang Hyang Taya), “sanggar” (tempat ibadah), dan “upawasa” (puasa) diadopsi oleh Wali Songo dalam menyebarkan Islam ke daerah-daerah.
Kesamaan dengan Islam
Agama Kapitayan tidak mengenal dewa-dewa seperti Hindu. Tuhan dalam Kapitayan disebut Sang Hyang Taya, abstrak dan tidak bisa digambarkan. Ritual dan istilah Kapitayan, seperti “posoinop” (puasa pada hari kedua dan kelima), sangat mirip dengan praktik dalam Islam.
Penutup
Masyarakat Jawa, sebelum menerima agama-agama masa kini, mempraktikkan agama Kapitayan. Meskipun telah bertransformasi seiring waktu, warisan nilai-nilai keagamaan Kapitayan masih hidup dalam budaya dan tradisi Jawa modern.
Baca lebih lanjut dan dapatkan berita terbaru di [posjos.com](https://www.posjos.com). Bagikan artikel ini agar lebih banyak orang dapat memahami keberagaman budaya dan agama di Indonesia. Terima kasih atas perhatiannya!
Info : Situs posjos.com sedang dalam proses migrasi konten. Dari semula konten artikel, sebagian akan di sempurnakan menjadi konten video. Anda bisa membuka postingan versi video di halaman ini. Untuk postingan dalam format audio buka di sini. Ikuti juga posjos.com di Tiktok.